Artikel Perkembangan Multimedia
Bak rumput di musim hujan, bisnis multimedia mulai tumbuh di Indonesia. Gara-garanya jelas, satelit DBS sudah meroket. Tapi benarkah bisnis ini cerah? Bagaimana pula persiapan SDM-nya? PADA awal 1993, Satelindo menjadi perusahaan swasta pertama yang terjun di bisnis layanan satelit ketika meluncurkan Satelit Palapa C1, Satelit Palapa C1, lalu C2. Satelit-satelit ini telah digunakan secara luas oleh beberapa negara ASEAN.
Indonesia a.l. menggunakannya untuk layanan komunikasi yang dikelola oleh Telkom dan Indosat, juga untuk layanan siaran 5 teve swasta dan TVRI. Juga digunakan untuk 5 saluran siaran langsung teve satelit Indovision (Direct Broadcasting Satellite) yang kin udah berkualitas digital (19 saluran).Di tengah November lalu, PT Media Citra Indostar telah meluncurkan satelit Cakrawarta-1 untuk menggantikan kerja Satelit Palapa C2 dalam mengudarakan siaran Indovision. Dengan satelit ini Indovision kelak akan menyelenggarakan layanan yang bisa disebut layanan interaktif, karena akan tersedia antara lain layanan telekonferensi, video on demand (VoD), home shopping, home banking, dan komunikasi data (Internet).
Ada dua perusahaan multimedia baru lainnya yang segera akan beroperasi dengan jaringan kabel serat optik, yaitu PT Indonusa Telemedia dan Multimedia Nusantara. Perusahaan-perusahaan multimedia lainnya adalah: PT Multi Media Asia Indonesia, PT Yasawirya Tama Cipta, sehingga Indonesia boleh disebut sekarang telah memasuki era industry multimedia.
Meski layanan multimedia sudah dioperasikan di Indonesia, namun terminologi mengenai multimedia sendiri belum lagi akrab dengan masyarakat Indonesia. Multimedia lebih akrab dipahami sebagai satu pencapaian teknologi pada personal computer (PC). Jika sebuah PC disebut multimedia, maka PC tersebut memiliki kemampuan menampilkan gambar bergerak dan suara, misalnya dari Video Compact Disc, Audio Compact Disc, serta dapat berkomunikasi antarkomputer atau jaringan komputer melalui modem. Padahal multimedia memiliki arti yang lebih luas. Multimedia merupakan keterpaduan teknologi informasi (misalnya komputer) dengan teknologi komunikasi (misalnya jaringan kabel coaxial atau satelit). Kalau dipisahkan berdasarkan etimologi kata multimedia terdiri dari “multi” dan “media”. “Multi” berarti “beragam”, sedangkan “media” berarti “sarana penyampaian informasi”.
Menurut Wahyu Wijayadi dalam sebuah makalah sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat yang berjudul Perkembangan Teknologi Multimedia dan Implementasinya, multimedia terdiri atas (1) unsur suara, (2) unsur gambar atau video, (3) unsur teks/data, (4) terpadu dalam satu media penyampaian, (5) Interaktif/bukan informasi satu arah. Jenis jasa multimedia terdiri dari dua, yaitu berdiri sendiri (stand alone/off line), dan terhubung dengan jaringan telekomunikasi (network-online).
Banyak perkembangan-perkembangan baru setelah diluncurkannya Satelit Palapa C1 & C2 beberapa tahun yang lalu. Seperti misalnya ditaburkannya satelit komunikasi di atas langit Indonesia oleh perusahaan-perusahaan asing di mana banyak pengusaha Indonesia terlibat dalam kepemilikan saham di dalamnya, di antaranya adalah PT Bakri Communication Corporation pada Irridium Project, sebuah proyek telepon satelit dunia untuk memecahkan masalah blank spot pada telepon selular biasa, AMPS atau GSM. Indosat pun masuk menjadi salah satu pemodal pada konsorsium ICO Global Communication (ICO-GC), sebuah telepon satelit setelah Irridium.
Sementara di belahan lain dari bumi ini, Microsoft dengan beberapa perusahaan juga telah merambah pada industri satelit layanan komunikasi yang lain, seperti Internet, video conference atau video on demand. Proyeknya yang terkenal sekarang ini adalah CyberStar atau “Internet di Angkasa” yang mungkin akan menyediakan layanannya di Indonesia.
Selain bisnis, ternyata politik pun ikut mengembangkan multimedia di Indonesia. Sejak Pemilu beberapa bulan lalu tidak ada satu kecamatan pun di Indonesia yang tidak bisa dihubungi lewat sambungan telepon dengan teknologi satelit VSAT (very small aperture terminal). Sayangnya fasilitas yang sudah dimiliki ini tidak berfungsi pada saat kebakaran hutan dan bencana kelaparan di Indonesia. Entah kenapaSitus Multimedia Indonesia
Untuk mengantipasi datangnya era ini, kini telah tersedia satu homepage yang berisi kumpulan informasi mengenai perkembangan multimedia di Indonesia dan di dunia secara umum (http://www.angelfire.com/id/jojor). Homepage ini bisa disebut satu-satunya yang secara khusus berbicara mengenai multimedia. Di dalam homepage ini tersedia banyak link ke situs-situs yang berkaitan dengan multimedia, sehingga bisa diandalkan bagi yang ingin melihat perkembangan multimedia dari waktu ke waktu. Tulisan atau artikel mengenai multimedia harus diakui sangat jarang, bahkan pada surat kabar besar seperti Kompas, Suara Pembaruan, dan Republika. Bahkan kita belum punya majalah atau terbitan berkala yang khusus menyajikan perkembangan industri multimedia di Indonesia, seperti yang terbit di negara-negara lain.
Meski demikian berita mengenai kegiatan bisnis multimedia kerap muncul. Ini menggambarkan maraknya perkembangan bisnis multimedia di Indonesia. Rupanya secara intelektual bidang ini kurang dilirik oleh para akademisi. Atau sebaliknya berarti para akademisinya sudah terjun langsung menjadi praktisi multimedia di perusahaan-perusahaan multimedia dan tidak sempat untuk membagi pengetahuan ini ke publik, membagi informasi perkembangan multimedia kepada publik akan menstimulasi pengembangan industi multimedia.
Andil pengusaha
Jika apa yang sudah dilakukan Peter Gontha selama ini, yaitu terjun mengembangkan multimedia di Indonesia, diikuti oleh banyak pengusaha lain tentu kita bisa berharap bahwa era informasi di Indonesia dapat lebih cepat menghampiri. Meski pemerintah Indonesia tidak seperti Pemerintah Malaysia yang telah mencanangkan program nasionalnya secara khusus, yaitu Multimedia Super Corridor (MSC), Indonesia cukuplah memiliki Peter Gontha, Abu Rizal Bakri, Youk Tansil, dan bahkan Sudwikatmono (tanpa mengurangi respek saya kepada orang-orang yang giat mengembangkan multimedia di Indosat dan Telkom) sebagai pelopor dan pejuang pengembangan multimedia di Indonesia.
Mudah-mudahan kita bisa optimis bahwa masa depan Indonesia akan lebih baik dari sekarang. Karena saat itu semua orang dapat meraih salah satu sisi baik multimedia yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk mencerdaskan dirinya melalui tersedianya akses-akses kepada informasi yang seluas langit sebagai salah satu tempat di mana infrastruktur multimedia ditempatkan.Industri Multimedia diam-diam telah menjadi ladang baru yang menggiurkan dan dibutuhkan, sebaliknya industri lain, seperti pesawat terbang dan otomotif hingga kini terus diliputi masalah yang berkepanjangan. Barangkali memang pondasi informasi yang kuat harus lebih dulu diletakkan sebelum kita menjejakkan kaki dan bertarung di medan industri yang lain.
Memang, saya harus katakan bahwa seluruh layanan multimedia saat ini adalah bukan bisnis yang selalu menguntungkan. Contohnya adalah salah satu layanan multimedia adalah layanan televisi satelit Indovision. Bisnis ini di Indonesia kurang menajamkan kekuatan pemasarannya sehingga layanan Indovision ini menjadi sangat ekslusif.
Ada 1 juta antena parabola yang bertebaran di seluruh Indonesia yang diharapkan beralih ke Indovision pada saat peluncuran pertama Indovision. Sementara itu perilaku pemirsa pada saat itu belum mengenal kebiasaan membayar siaran teve dan acara-acara yang 100% asing (berbahasa Inggris). Indovision hingga sekarang masih membutuhkan upaya yang lebih keras untuk mendapatkan pelanggan sebanyak yang diharapkannya. Meski pertumbuhan pelanggan Indovision ini tergolong lambat, namun Indovision telah membuka jalan bagi perusahaan Pay TV lain untuk terjun di industri ini, sehingga perusahaan lain akan lebih mudah memasuki pasar yang telah terbentuk untuk menerima siaran teve bayar dan asing, apa pun sistem dan teknologinya.Multimedia dan peradaban manusia
Sepuluh tahun yang lalu kebutuhan pada alat telekomunikasi seperti telepon belum seperti sekarang, terutama di kota besar. Ketika jalan-jalan semakin macet dan waktu terasa semakin pendek, komunikasi melalui telepon menjadi kebutuhan yang tak terelakkan untuk tetap lancar dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Padahal sepuluh tahun yang lalu itu sedikit yang menyadari bahwa telepon adalah kebutuhan mutlak pada 10 tahun mendatang di kota-kota besar. Demikian juga keberadaan PC yang sekarang seperti peralatan audio atau TV berwarna di rumah-rumah pada 10 tahun yang lalu. Atau sekarang kebutuhan akses ke internet bagi kantor-kantor dalam rangka agar tidak tercerabut dari trend dari bidang yang digelutinya serta untuk mendapatkan layanan e-mail yang mulai menggantikan mesin faks.
Perlahan tapi pasti layanan interractive data communication seperti Internet ini akan mengulang sejarah yang sama bagi telepon atau PC beberapa tahun lampau. Itu memang sudah tampak dari usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengembangkan layanan ini. Contohnya adalah Web TV.
Perkembangan multimedia dalam beberapa tahun belakangan ini telah melahirkan suatu pertanyaan malu-malu, yaitu apakah yang terjadi dengan pembatasan terhadap akses informasi dan kebebasan berekspresi yang dulu diberlakukan? Harus diakui, perlahan, kemilau dari kemajuan teknologi multimedia terutama dari 5 stasiun teve swasta telah memurukkan pembatasan itu.
Pertanyaan berikutnya adalah: ke manakah arah perkembangan multimedia 5 tahun mendatang? Atau, ke manakah arah peradaban manusia? Jawabannya mungkin akan bergantung pada ke mana kita akan mengarahkannya.
SDM industri multimedia
Perkembangan industri multimedia yang demikian cepat harus didukung oleh tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif, sehingga lahan yang empuk ini tidak diserbu oleh tenaga kerja asing yang sudah terlalu banyak merambah di Indonesia.
Terjun di bidang teknologi multimedia merupakan profesi baru yang sedang dibutuhkan pada saat sekarang dan yang akan datang. Imajinasi yang kuat diperlukan di bidang ini untuk dapat membayangkan, melihat potensi, menciptakan apa yang tidak terbayangkan oleh kebanyakan orang saat ini.Usaha pengembangan industri multimedia di Indonesia membutuhkan lebih banyak orang seperti itu untuk menyiapkan jalan menuju peradaban baru manusia di masa mendatang. Mereka bukan hanya para konglomerat yang mudah baginya untuk terjun ke dalam industri apa pun. Namun tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang andal, apalah artinya.
http://jojor.blogspot.com/2004/10/situs-tentang-multimedia-i_109903418364607196.html
Multimedia Merangsang Kehidupan Sosial
Ciri_ciri Perkembangan multimedia saat ini sudah tidak lagi terbatas pada sebuah konsep ruangan saja, tetapi mengarah pada sebuah pengalaman multimedia di mana saja. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah Perancis di Beijing baru-baru ini dalam rangka merayakan Hari Kebudayaan Perancis yang kerap diadakan setiap tahun di Tiongkok, dengan mengandalkan perangkat multimedia sebagai ajang pertukaran pameran kebudayaan di kedua negara masing-masing, setelah diadakannya pembicaraan kerja sama dan pertukaran melalui masing-masing pemimpin kedua negara. Pada pagelaran Hari tersebut, dengan dibantu berbagai peralatan multimedia canggih, pemerintah Perancis kali ini menampilkan wajah-wajah dan fasilitas kota metropolis utama di seluruh dunia di antaranya Shanghai, Beijing, Chongqing, Paris, Berlin, Barcelona, Kairo dan Chicago yang diproyeksikan di atas dua belas helai layar lebar. Dengan demikian pengunjung yang hadir akan dapat melihat dengan jelas garis-garis arsitektur dari bangunan-bangunan tersebut, angkutan dan fasilitas umum kota ini lewat layar, teleskop dan proyektor LCD. Tampilan dari peragaan multimedia tersebut membentuk perjalanan visual yang luar biasa, di mana sedikitnya memberikan pengetahuan kepada pengunjung untuk mempelajari bagaimana menanggapi persoalan ekologi, lalu lintas, dan perencanaan kota. Pameran ini mendapat sambutan positif dan meriah dari para pengunjung. Banyak pengunjung yang mengagumi pertunjukkan ini. Kecanggihan dari perangkat multimedia tersebut serasa membawa pengunjung benar-benar berada di kota-kota tersebut. Dengan kata lain kehadiran multimedia ini sedikit banyak merangsang daya pikir serius dari masyarakat, dan juga merupakan alat pelengkap kehidupan sosial, seiring dengan perkembangan zaman yang serba digital ini. Dan keterkaitan antara perkembangan teknologi antara perkembangan teknologi komunikasi informasi dengan kebiasaan, kepercayaan, dan bahkan kebudayaan setempat merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan diterimanya teknologi tersebut. |
Written by Rene L. Pattiradjawane |
Wednesday, 12 March 2008 |
Mobilitas menjadi fitur penting dalam perkembangan gadget, memenuhi kebutuhan orang-orang untuk bekerja dan berhibur, memanfaatkan kemajuan teknologi yang memungkinkan melakukan berbagai aktivitas digital di mana saja. Kemajuan teknologi multimedia dengan banyaknya video dan musik digital, mengarah pada tren baru untuk bisa menikmati kemajuan tersebut di mana saja. Memiliki gadget di tengah derasnya perkembangan multimedia digital menjadi keharusan yang tidak terhindari. Berbagai kemudahan untuk mendengarkan musik, menonton video, serta menikmati hasil foto digital, menjadikan berbagai gadget sekarang memberikan berbagai ragam fitur. Perangkat seperti iPod adalah salah satu contohnya. Walaupun sudah mengalami perubahan bentuk dan menambah fitur video, produk buatan Apple ini terus digemari mereka yang memiliki mobilitas tinggi, untuk menikmati berbagai produk multimedia di mana saja kapan saja. Berbagai perangkat sejenis iPod pun banyak dijajakan di pasaran, memiliki beragam fitur serta mengkombinasikan berbagai teknologi seperti kapasitas penyimpanan yang lebih besar, kemampuan akses nirkabel, dan sebagainya. Bahkan, beberapa perangkat pun mulai mengombinasikan kemampuan selular, memungkinkan gadget futuristik ini Perangkat untuk keperluan multimedia digital pun mulai berkembang, tidak hanya sekedar menghasilkan kualitas suara yang baik ketika mendengarkan musik, tapi juga kualitas gambar menjadi penting dalam menyaksikan tayangan video. Ukuran layar pun tidak lagi kecil yang tidak nyaman untuk menonton, tapi condong membesar tapi tetap mempertahankan faktor bentuk yang ringkas yang memudahkan mobilitas. Layar sentuh Bagi perusahaan Perancis, Archos, yang memperkenalkan konsep multimedia sejak tahun 1988, menghadirkan produk yang dimintai orang banyak memang bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Ini antara lain terlihat dari ragam gadget multimedia yang diperkenalkannya dengan beragama fitur yang mencoba membuka berbagai kemungkinan di tengah derasnya akses ke jaringan internet. Produk seperti Archos 605 WiFi, misalnya, adalah penerus produk sebelumnya Archos 604 WiFi (lihat Kompas 23/4/07), dengan perbedaan harganya lebih murah dari seri sebelumnya, serta perbaikan beberapa fitur teknologi seperti layar sentuh yang diperbaharui yang mendekati definisi tinggi dalam ukuran 4,3 inci (sekitar 10,9 cm diagonal). Selain itu, Archos 605 WiFi ini juga dilengkapi dengan fitur yang memungkinkan untuk akses langsung terhadap berbagai produk musik dan film digital melalui Archos Content Portal memungkinkan untuk membeli film dari situs CinemaNow, atau melihat situs video terkenal di jaringan internet YouTube. Perangkat buatan Archos ini juga dilengkapi dengan browser untuk mengakses situs Web menggunakan koneksi nirkabel 802.11g, menggunakan aplikasi Operas yang memang kebanyakan digunakan pada perangkat mobilitas. Perangkat ini juga memiliki hard disk dengan kapasitas yang berbeda-beda mulai dari 30 GB, 80 GB, dan 160 GB. Fitur multimedia Produk Archos lainnya yang juga menjadi andalan perusahaan Perancis ini adalah Archos 705 Mobile DVR (Digital Video Recording) dengan tampilan layar yang lebih besar ukuran 7 inci (sekitar 17,7 cm diagonal) dengan resolusi 800 X 480 piksel, menghasilkan kualitas video yang lebih baik dibanding Archos 605. Produk yang juga memiliki fitur nirkabel ini, sepintas terlihat seperti Archos 605 dalam ukuran raksasa karena skala perbandingan faktor bentuk yang mencolok dengan seri Archos yang lebih kecil. Memiliki penyangga di bagian belakang, Archos 705 ini menjadi ideal untuk digunakan ketika berada di dalam ruangan, untuk menyaksikan film digital atau hanya menjadi bingkai digital menampilkan tayangan koleksi foto digital yang tersimpan dalam hard disk yang memiliki kapasitas sampai dengan 160 GB. Sebagai PVP (Private Video Player), Archos 705 memang terasa besar bagi mereka dengan mobilitas tinggi. Sebenarnya, ukurannya ini pun mengikuti tren yang berlaku di industri komputer dan PDA (Personal Digital Assistant) menghadirkan layar ukuran 7 inci yang lebih kecil dibanding kebanyakan komputer notebook atau lebh besar dibanding PDA. Pada sisi lain, Archos 705 ini sebenarnya ingin menampilkan kehadiran teknologi yang menyamankan penggunanya menikmati berbagai fitur multimedia di tengah mobilitas yang tinggi. Dengan prosesor serta layar monitor yang besar, memang perangkat ini ibarat sub-notebook dengan fitur multimedia yang futuristik. (rlp) |
Perkembangan teknologi multimedia yang sedemikian pesat, baik dalam bidang perangkat keras maupun perangkat lunak telah menyebabkan bidang keahlian multimedia menjadi sangat populer. Kebutuhan tenaga kerja di sektor ini terus meningkat, hanya saja lembaga pendidikan formal maupun non formal yang menyelenggarakan pendidikan bidang ini masih sangat terbatas, terutama bagi mereka yang ingin mempelajarinya dalam waktu singkat. Guna menjawab kebutuhan akan tenaga kerja terampil berkualitas di bidang multimedia interaktif/ dalam waktu singkat, LIKMI menyelenggarakan pendidikan satu tahun KOMPUTER MULTIMEDIA INTERAKTIF/ ANIMASI dengan materi-materi pendidikan sebagai berikut :
- Pengolahan Citra
- Pengolahan Foto Digital
- Teknik Desain Grafis
- Virtual Modeling / Animasi
- Teknik Multimedia Interaktif
- Perancangan Video Animasi
- Perancangan Multimedia Interaktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar